Secara faktual, kalau kita jualan maka pembeli-lah yang memberikan pemasukan pada kita. Lama kelamaan tanpa disadari terbentuk sebuah mindset bahwa "pembeli-lah yang menghidupi kita".
Setiap dari kita cenderung "kepleset secara spiritual" seperti tersebut di atas, yaitu "menuhankan pembeli" sebagai pihak yang memberi rezeki. Padahal kalau direnungkan lebih dalam "siapa yang menggerakkan para pembeli itu sehingga membeli jualan kita? Mengapa mereka tidak membeli ke penjual yang lain?".
Saat pembeli-pembeli itu lenyap atau berpindah ke penjual yang lain, kita baru tersentak sadar. Ternyata selama ini bukan mereka-lah yang memberikan rezeki, tapi ada "kecerdasan" yang menggerakkan mereka semua, sehingga menjadi jalan untuk penghidupan kita.
Sepertinya lafal "Laaillaha illallah - Tiada Tuhan selain Allah" perlu diubah sedikit dalam aplikasinya agar lebih "terasa". Misalnya diucapkan dalam batin begini "Tiada satupun yang memberiku penghasilan, kecuali Allah. Tiada satupun yang memberiku omset, kecuali Allah. Tiada satupun yang memberikan kenaikan jabatan, kecuali Allah". Masuk akal khan?
Insya Allah dengan penyiasatan di atas akan lebih mengena di dada, daripada di mulut kita bilang "Tiada Tuhan selain Allah" tapi dalam kenyataannya kita bergantung kepada makhluk atas semua harapan-harapan yang ada di dalam hati kita.
Menuhankan pembeli, menuhankan atasan, menuhankan pemilik perusahaan dsb bisa menyebabkan syahadat setiap orang akan melenceng dalam menjalani lika liku kehidupan.
Mungkin kita merasa masih menuhankan Tuhan asli, padahal hadir tuhan-tuhan palsu di dalam hati.
Itulah sebabnya kita perlu selalu membaca kalimat "tunjukilah kami jalan yang lurus". Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:
Mau tau rahasia sukses bisnis bersama suami/istri? Like/Follow:
INSTAGRAM: Fenny Ferawati
Info dan kerjasama silakan klik disini.

Baca juga:
Artikel menarik seputar keluarga sakinah, kebahagiaan, rejeki dll selengkapnya klik disini.
Comments
Post a Comment