Hobiku saat muda, salah satunya adalah sinis dan memandang remeh
segala sesuatu. Pandangan ini ternyata membuatku malu di hari-hari ini. Pihak yang sedang remeh itu teryata adalah diriku sendiri dengan orang lain sebagai terlihat remeh.
Aku pernah sinis pada sebuah keluarga muda yang membiarkan
anaknya menggambari dinding seukujur rumah sehingga coretan di
mana-mana. Pandanganku saat itu, keluarga ini ceroboh dan gagal mendidik
anak. Tetapi ketika aku sendiri punya anak yang melakukan soal serupa,
menggambari seluruh ruang, aku bahagia sekali. Lupa pada kritikku pada
keluarga itu.
Aku pernah menemani sahabat sowan kiai. Ia seornag intelektual, jago debat, aktivis dan pemimpin gerakan. Tetapi begitu masuk rumah sang kiai, ia segera memakai kopiah, bersimpuh dan pendiam sekali. Di mataku saat itu, anak ini lebai. Tak sepertiku yang bersikap egaliter, seniman bebas, dan boleh sesukanya di hadapan siapa saja.
Tetapi kini, entah apa yang berubah dalam diriku. saat ada tamu di rumah, apalagi jika ia lebih tua dariku, mulai terasa risih jika tanpa kopiah di kepalaku. Sebuah undangan yang kudatangi suatu kali, kukira forum umum, ternyata banyak sekali kiai sepuh rawuh di dalamnya. Hampir saja aku tak berani naik panggung karena tak bawa kopiah. Untung, salah seorang panitia mengerti gelisahku dan mencopot kopiahnya untukku.
Perjalanan menjadi tua itu, menurutku, adalah perjalanan untuk tahu diri, sebagai persiapan untuk hilang diri.
(Refleksi Prie GS)

Baca juga:
Aku pernah menemani sahabat sowan kiai. Ia seornag intelektual, jago debat, aktivis dan pemimpin gerakan. Tetapi begitu masuk rumah sang kiai, ia segera memakai kopiah, bersimpuh dan pendiam sekali. Di mataku saat itu, anak ini lebai. Tak sepertiku yang bersikap egaliter, seniman bebas, dan boleh sesukanya di hadapan siapa saja.
Tetapi kini, entah apa yang berubah dalam diriku. saat ada tamu di rumah, apalagi jika ia lebih tua dariku, mulai terasa risih jika tanpa kopiah di kepalaku. Sebuah undangan yang kudatangi suatu kali, kukira forum umum, ternyata banyak sekali kiai sepuh rawuh di dalamnya. Hampir saja aku tak berani naik panggung karena tak bawa kopiah. Untung, salah seorang panitia mengerti gelisahku dan mencopot kopiahnya untukku.
Perjalanan menjadi tua itu, menurutku, adalah perjalanan untuk tahu diri, sebagai persiapan untuk hilang diri.
(Refleksi Prie GS)
Info dan kerjasama silakan klik disini.

Baca juga:
Artikel menarik seputar keluarga sakinah, kebahagiaan, rejeki dll selengkapnya klik disini.
Comments
Post a Comment